PENDAHULUAN
1.LATAR
BELAKANG
Organisasi,lembaga,ataupun
perusahaan apapun bidang yang dikelola secara kondisional membutuhkan sentuhan
pelayanan prima yang komprehensif. Pelayanan prima telah menghadirkan
dinamisasi yang menyebabkan manusia tidak hanya sebagai subjek, tetapi juga
sebagai objek sasaran. Saat ini konsentrasi kebutuhan pelayanan prima
tidak hanya didominasi oleh perusahaan yang bersifat human oriented seperti: rumah sakit, hotel,
restoran, atau supermarket tetapi juga dibutuhkan oleh perpustakaan.
Salah
satu indikasi keberhasilan keberadaan perpustakaan adalah banyaknya pemustaka
(pengguna perpustakaan) yang datang ke perpustakaan. Layanan merupakan salah
satu faktor penting untuk menarik pemustaka berkunjung ke perpustakaan. Dengan kecepatan,ketepatan
dan keramah-tamahan layanan, maka kepuasan pemustaka yang merupakan muara akhir
dari tujuan layanan perpustakaan akan tercapai. Untuk mencapai itu semua maka
kita harus tahu konsep pelayanan prima dan bagaimana mengimplementasikannya.
Namun pada kenyataannya pemahaman akan pelayanan prima ini masih sangat minim
sehingga terkadang dalam upaya penerapannya menjadi belum maksimal.
Maka
dari itu tulisan ini membahas tentang pelayanan prima, prinsip-prinsip
pelayanan prima dan cara mengimplementasikannya pada sebuah perpustakaan sehingga
tercapai pelayanan terbaik dan kepuasan para pemakai..
2.RUMUSAN
MASALAH
a.
Apakah yang Dimaksud dengan Pelayanan Prima?
b.
Apa saja
prinsip dalam pelayanan prima?
c.
Bagaimana langkah dalam pelaksanaan pelayanan prima?
d.
Apa tujuan dan manfaat pelaksanaan prima?
e.
Bagaimana budaya dalam pelayanan prima?
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PELAYANAN PRIMA
Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang di tawarkan oleh organisasi
atau perorangan kepada konsumen (yang dilayani), yang bersifat tidak berwujud
dan tidak dapat dimiliki, sedangkan pelayanan prima merupakan terjemahan dari
istilah ”excellent service”
yang secara harfiah berarti
pelayanan yang sangat terbaik, karena sesuai dengan standart pelayanan yang
berlaku atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan.
Definisi pelayanan prima mengandung tiga
hal pokok, yaitu adanya pendekatan sikap yang berkaitan dengan kepedulian
kepada pelanggan, upaya melayani dengan tindakan yang terbaik, dan adanya
tujuan untuk memuaskan pelanggan dengan beroreantasi pada standart layanan
tertentu (Swastika, 2005: 3).
Agenda perilaku pelayanan sektor publik (SESPANAS LAN
dalam Nurhasyim, 2004:16) menyatakan bahwa pelayanan prima adalah:
a. Pelayanan yang terbaik
dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna jasa.
b. Pelayanan prima ada bila
ada standar pelayanan.
c. Pelayanan prima bila melebihi standar
atau sama dengan standar. Sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang
terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan
standar dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal.
d. Pelanggan
adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan internal.
B.
PRINSIP-PRINSIP PELAYANAN PRIMA
Pelayanan prima dikembangkan berdasarkan 3 prinsip yaitu:
a.Pelayanan prima berdasarkan konsep Attitude (sikap) artinya kita harus menyajikan
attitude (sikap) yang benar
b.Pelayanan prima berdasarkan Attention(perhatian) artinya kita harus memberikan
attention (perhatian) yang tidak terbagi
c.Pelayanan prima berdasarkan action
(tindakan) artinya semua pelanggan mencari action (tindakan) yang
diberikan demi kepuasaan terhadap pelayanan.
C.
PELAKSANAAN PELAYANAN PRIMA
Dalam memberikan yang prima sebagai usaha untuk
mencapai kepuasaan dan loyalitas pelanggan, pihak produsen jasa dapat
berpedoman pada pelayanan prima (service excellent) yang di jelaskan oleh beberapa penulis.
Menurut barata ( 2004: 31 )pelayanan prima( service
excellent ) terdiri dari enam unsur pokok, antara lain sebagai berikut:
a. Kemampuan ( ability)
b. Sikap ( attitude)
c. Penampilan ( appearance )
d. Perhatian ( attention )
e. Tindakan ( action )
f. Tanggung jawab ( accounttability )
Sedangan menurut tjiptono ( 2002: 58)
pelayanan prima ( service excellent ) terdiri dari empat unsur pokok antara
lain sebagai berikut.
a. Kecepatan
b. Ketepatan
c. Keramahan
d. Kenyamanan
Zeithaml, Parasuraman, dan Berry menetapkan 5 dimensi kualitas
layanan, yaitu pertama, Tangibles (Nyata) meliputi bagian-bagian pelayanan yang
bersifat nyata atau langsung seperti: penampilan karyawan, fasilitas fisik,
peralatan, dan sarana komunikasi. Kedua, Realibility (Kehandalan) yakni
kemampuan memberikan layanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan
memuaskan. Ketiga, Responsiveness (Kesigapan atau Tanggap) yaitu keinginan para
staf untuk membantu para pelanggan dan menyediakan pelayanan secara cepat dan
tepat serta tanggap terhadap keinginan konsumen. Keempat, Assurance (Jaminan
atau Kepastian), mencakup tingkat pengetahuan dan keramahan tamahan serta sopan
santun yang harus dimiliki karyawan disamping kemampuan mereka dalam menanamkan
kepercayaan pada pelanggan. Dimensi assurance ini merupakan gabungan dari
dimensi Competence (Kompetensi) artinya keterampilan dan pengetahuan yang
dimiliki oleh karyawan untuk melakukan pelayanan, Courtesy (Kesopanan) meliputi
keramahan, perhatian dan sikap para karyawan, Credibility (Kredibilitas atau
kepercayaan) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada
organisasi seperti reputasi dan prestasi, Security (Keamanan) artinya tidak
adanya bahaya, resiko atau keraguan untuk menggunakan jasa yang ditawarkan.
Kelima, Empathy (Empati) merupakan perhatian khusus yang diberikan kepada
setiap pelanggan secara individu. Dimensi empati merupakan gabungan dari
dimensi Access (Akses) meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang
ditawarkan, Communication (Komunikasi) yaitu kemampuan melakukan komunikasi
untuk menyampaikan informasi kepada pelanggan atau memperoleh masukkan dari
pelanggan, Understanding the Customer (memahami
pelanggan ) meliputi usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan.
Setelah kita mengetahui pelayan prima dan 5 dimensi layanan maka langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk layanan. Untuk menentukan bentuk atau format layanan,kita terlebih dulu harus tahu dua komponen ,yaitu:
a. jenis/layanan produk kita
b. siapa pelanggan kita (customer)
Setelah kita mengetahui pelayan prima dan 5 dimensi layanan maka langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk layanan. Untuk menentukan bentuk atau format layanan,kita terlebih dulu harus tahu dua komponen ,yaitu:
a. jenis/layanan produk kita
b. siapa pelanggan kita (customer)
Kita harus betul-betul tahu apa yang kita
”jual”, misalnya apakah perpustakaan kita hanya meminjamkan bahan pustaka berupa buku saja atau ada layanan lain
misalnya: ada bahan pustaka dalam bentuk digital, internet, bedah buku,
pemutaran film dan sebagainya. Kita juga harus tahu apakah pemustaka kita dari
kalangan nelayan, petani, pedagang, pegawai, pengangguran, pelajar atau
mahasiswa, apa ciri-cirinya dan apa kebutuhannya. Dengan mengetahui dua
komponen tersebut kita bisa dengan tepat menentukan bentuk layanan kita dan bahan pustaka yang harus kita siapkan.
Citra perpustakaan akan meningkat jika pelayanan prima bisa diimplementasi seluruh bagian dari perpustakaan . Pelayanan prima tidak hanya di bagian layanan saja-memang bagian layanan merupakan garda terdepan dari perpustakaan- tapi harus didukung oleh seluruh bagian . Bagian sirkulasi merupakan pelanggan dari bagian pengolahan buku sehingga dengan mengetahui ciri-ciri dan kebutuhan bagian sirkulasi dan dalam kegiatannya yang memenuhi 5 dimensi pelayanan prima diatas, bagian pengolahan akan mengolah bahan pustaka dengan maksimal dan akhirnya pelanggan dalam hal ini bagian sirkulasi akan puas. Ini membuktikan bahwa pelanggan (customer) perpustakaan tidak hanya masyarakat/pemustaka saja tetapi ada pelanggan dari dalam perpustakaan sendiri.
Citra perpustakaan akan meningkat jika pelayanan prima bisa diimplementasi seluruh bagian dari perpustakaan . Pelayanan prima tidak hanya di bagian layanan saja-memang bagian layanan merupakan garda terdepan dari perpustakaan- tapi harus didukung oleh seluruh bagian . Bagian sirkulasi merupakan pelanggan dari bagian pengolahan buku sehingga dengan mengetahui ciri-ciri dan kebutuhan bagian sirkulasi dan dalam kegiatannya yang memenuhi 5 dimensi pelayanan prima diatas, bagian pengolahan akan mengolah bahan pustaka dengan maksimal dan akhirnya pelanggan dalam hal ini bagian sirkulasi akan puas. Ini membuktikan bahwa pelanggan (customer) perpustakaan tidak hanya masyarakat/pemustaka saja tetapi ada pelanggan dari dalam perpustakaan sendiri.
D.
TUJUAN DAN MANFAAT PELAYANAN PRIMA
Tujuan
pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan memuaskan
pelanggan atau masyarakat serta memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan.
Pelayanan prima dalam sektor publik didasarkan pada aksioma bahwa “pelayanan
adalah pemberdayaan”. Pelayanan pada sektor bisnis berorientasi profit, sedangkan
pelayanan prima pada sektor publik bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat
secara sangat baik atau terbaik.
Perbaikan
pelayanan sektor publik merupakan kebutuhan yang mendesak sebagai kunci
keberhasilan reformasi administrasi negara. Pelayanan prima bertujuan
memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan atau membebani, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan (trust) terhadap pemerintah. Kepercayaan adalah
modal bagi kerjasama dan partisipasi masyarakat dalam program pembangunan.
Pelayanan
prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah
kepada masyarakat sebagai pelanggan dan sebagai acuan pengembangan penyusunan
standar pelayanan. Penyedia layanan, pelanggan atau stakeholder dalam kegiatan pelayanan akan memiliki
acuan tentang bentuk, alasan, waktu, tempat dan proses pelayanan yang
seharusnya.
Dengan adanya pelayan prima di setiap bagian maka
akan muncul pelayanan yang bermutu, yaitu :
- pelayanan yang disediakan pada saat dibutuhkan
- pelayanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
- pelayanan mudah didapatkan/diakses oleh pelanggan
- pelayanan dapat dipercaya oleh pelanggan
- tidak ada keraguan atau resiko yang berkaitan dengan penggunaan layanan
layanan di atas hanya bisa dilakukan oleh orang yang :
- memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
- berpretasi dalam hal penampilan
- didukung oleh sarana dan prasarana yang mantap
- ramah dan sopan
- pelayanan yang disediakan pada saat dibutuhkan
- pelayanan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
- pelayanan mudah didapatkan/diakses oleh pelanggan
- pelayanan dapat dipercaya oleh pelanggan
- tidak ada keraguan atau resiko yang berkaitan dengan penggunaan layanan
layanan di atas hanya bisa dilakukan oleh orang yang :
- memiliki ketrampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan
- berpretasi dalam hal penampilan
- didukung oleh sarana dan prasarana yang mantap
- ramah dan sopan
E. BUDAYA LAYANAN PRIMA
Menganggap
layanan prima sebagai suatu budaya berarti melakukan kegiatan layanan sebagai
suatu hal yang membanggakan dengan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi.
Budaya layanan prima adalah sebuah budaya yang kuat yang mewarnai sifat
hubungan antara suatu industri jasa pelayanan dan pelanggannya dan dapat
menjadi sarana yang sangat baik untuk memperoleh dan memenangkan perhatian
pelanggan pengguna industri jasa pelayanan. Budaya layanan prima mengutamakan
kepuasan pelanggan.
Fakta menunjukkan bahwa untuk mewujudkan excellent services di perpustakaan ditemukan beberapa
kendala atau hambatan seperti :
1.Latar
Belakang Pendidikan
Berkaitan
dengan pelayanan prima perpustakaan, kendala yang lazim ditemui di adalah bahwa
sebagian besar pegawai tidak memiliki latar belakang pendidikan perpustakaan.
Meskipun secara kondisional ada sebagian pegawai perpustakaan telah memiliki
pengalaman kerja sebagai pegawai perpustakaan yang memadai. Tetapi, pengalaman
tanpa didukung pengetahuan yang relevan menyebabkan inovasi dan kreativitas
kurang optimal dibandingkan dengan jika pegawai memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang mendukung.
Selain
itu, adanya jargon yang berkembang bahwa perpustakaan adalah “tempat
pembuangan” menyebabkan secara psikologis mempengaruhi kinerja pegawai dalam
memberikan pelayanan yang optimal.
Menghadapi kendala ini sebaiknya pihak
perguruan tinggi sebaiknya mengantisipasinya dengan cara minimal mengirim
pegawai perpustakaan mengikuti pelatihan/kursus/pendidikan perpustakaan secara
berkesinambungan. Atau dapat juga melakukan semacam MoU dengan perguruan tinggi
lainnya untuk pengembangan perpustakaan. Di samping itu, pihak perguruan tinggi
juga harus mampu mengantisipasi adanya penilaian buruk terhadap perpustakaan
dengan cara memilih pegawai-pegawai yang qualified untuk menjadi pegawai perpustakaan.
Selain itu ketersediaan pegawai yang berkualitas tersebut juga harus didukung
oleh kebijakan universitas yang positif terhadap pengembangan perpustakaan.
2.Dinamisasi dalam Bekerja
Ada kecendrungan bahwa pegawai pada
saat tertentu mengalami kejenuhan dalam bekerja. Ini bukan disebabkan kurangnya
motivasi dalam bekerja tetapi lebih disebabkan kurang optimalnya manajemen
dalam menerapkan dinamisasi pekerjaan. Artinya, kejenuhan bekerja terjadi
karena seorang pegawai hanya menjalankan satu bidang tugas saja misalnya
seorang pegawai bidang pelayanan bertahun-tahun menjalani tugasnya di bidang
pelayanan saja. Inilah yang menimbulkan problematika dalam komunikasi internal.
Hasil pemantauan lapangan di
beberapa perpustakaan di Kota Padang menunjukkan bahwa masing-masing pegawai sesungguhnya
memiliki motivasi bekerja yang tinggi dalam memberikan pelayanan bagi para
pengguna jasa perpustakaan. Akan tetapi masing-masing pegawai berkeinginan
mengetahui bidang tugas lainnya. Karena itu sistem rolling yang teratur dan tepat adalah solusi
menghindari kejenuhan dalam bekerja. Teratur artinya pergantian bidang tugas
minimal 2 tahun sekali. Tepat, artinya pergantian didasarkan pada kemampuan dan
latar belakang karakter atau potensi diri misalnya pegawai yang tempramen tidak
serta merta ditempatkan di bagian pelayanan Dalam pelaksanaannya tidak semua
bagian dapat dilakukan sistem rolling. Sistem ini dapat diterapkan pada
bidang tugas yang bersifat operasional
atau tidak membutuhkan keahlian khusus (technical skill) seperti bagian teknis, bagian
tata usaha, bagian pelayanan, atau bagian rumah tangga.
3.Peningkatan Kemampuan Presentasi
Survei
lapangan menunjukkan bahwa kepuasan pengunjung atas pelayanan yang diberikan
juga ditentukan sejauhmana pengelola perpustakaan (terutama bagian pelayanan)
mampu mempresentasikan hal-hal yang membuat pengunjung merasa senang, betah,
dan merasa dilayani dengan baik. Contoh kasus, ketika pengunjung mencari buku
dengan judul tertentu tetapi belum tersedia di perpustakaan atau sedang
dipergunakan oleh pengunjung yang lain saat itu juga pustakawan mampu
menawarkan judul buku lain yang berkaitan dengan judul buku yang dicari
pengunjung. Melalui teknik presentasi yang ramah dan bersabahat pengunjung
tetap memperoleh sesuatu yang berarti.
Kemampuan
presentasi ini akan menjadi nilai plus bagi pustakawan dalam menarik minat
pengunjung untuk datang ke perpustakaan. Selama ini kita menyadari bahwa salah
satu keengganan orang mengunjungi perpustakaan adalah selain persoalan
fasilitas (yang bersifat fisik) juga disebabkan oleh suasana yang kurang
kondusif yang diberikan para pustakawan kepada para pengunjung. Berdasarkan
pemahaman ini dapat disebutkan bahwa kemampuan presentasi para pustakawan
adalah paradigma baru pelayanan prima jasa perpustakaan. Artinya, jika selama
ini pelayanan perpustakaan lebih mengedepankan aspek penampilan fisik
perpustakaan ke depan bagaimana para pegawai perpustakaan mampu memberikan
pengalaman yang cerdas kepada para pengunjung menjadi sarana penguatan citra
lembaga dalam mewujudkan wisata pustaka.
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat
memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat serta memberikan fokus
pelayanan kepada pelanggan. Pelayanan prima dalam sektor publik didasarkan pada
aksioma bahwa “pelayanan adalah pemberdayaan”. pelayanan prima pada sektor
publik seperti perpustakaan bertujuan memenuhi kebutuhan masyarakat secara
sangat baik atau terbaik.
Dengan kecepatan, ketepatan, dan keramah-tamahan layanan, maka
kepuasan pemustaka yang merupakan muara akhir dari tujuan layanan perpustakaan
akan tercapai. Citra perpustakaan akan meningkat jika pelayanan prima bisa
diimplementasikan di seluruh bagian dari perpustakaan. Dengan adanya pelayanan
prima di setiap bagian maka akan muncul pelayanan yang bermutu yaitu, pelayanan
yang disediakan pada saat dibutuhkan, pelayanan sesuai dengan kebutuhan
pelanggan, pelayanan mudah didapatkan atau diakses oleh pelanggan, pelayanan
dapat dipercaya oleh pelanggan, tidak ada keraguan atau resiko yang berkaitan
dengan penggunaan layanan Layanan di atas hanya bisa dilakukan oleh orang yang
memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan, berpretasi dalam hal
penampilan, dan didukung oleh sarana dan prasarana yang mantap, ramah, dan
sopan. Apabila semua komponen dari perpustakaan mulai dari bagian parkir,bagian
kantin, bagian pendaftaran, bagian sirkulasi, bagian pengolahan, bagian
pengembangan, bagian tata usaha dan bagian lainnya memahami dan menerapkan
pelayanan prima, maka tidak hanya jumlah pengunjung perpustakan saja yang
meningkat tetapi kualitas layanan juga akan sangat dirasakan pemustaka,
sehingga citra perpustakaan yang selama ini masih terpuruk bisa meningkat serta
menguasai teknologi informasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Dahlan, Alwi, dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Normann. 1991. Service Management. Chicester,
England: Wiley & Son.
Sutopo dan Suryanto, Adi. 2003. Pelayanan Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
http://aripudjiastono.blogspot.com/2009/01/layanan-prima.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar